Mengenal Pohon Kina untuk Melawan Virus Corona
Oleh:
Musdalifah dan Inayatun
Mahasiswa Tadris Biologi IAIN Kudus
Dunia sekarang digemparkan dengan munculnya virus corona, virus ini bermula dari negara Wuhan China pada akhir desember 2019. Badan kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa virus corana sebagai pandemik karena penyebarannya sudah mengglobal dengan beberapa bulan saja. Coronaviruses disease (Covid 19) merupakan keluarga besar dari penyakit flu biasa hingga penyakit Middle East Respiratory Syndrome (Mers-CoV) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (Sars CoV). Penyakit corona virus disebabkan oleh virus berupa zoonosis, yang ditularkan antara hewan seperti unta , kucing luwak dengan manusia. Tanda umum dari infeksi ini, antara lain mulai dari kesulitan bernapas, batuk, demam hingga pneomonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal bahkan kematian.
Di Indonesia sendiri per tanggal 19 maret, 2020 peningkatan jumlah kematian bertambah menjadi 25 orang, serta bertambahnya 6 pasien yang positif corona. Melihat ke luar virus ini telah menyerang sebanyak 219.101 orang di 173 negara. Angka kematian untuk pandemi Covid-19 bertambah menjadi 8.962 dan pasien yang dinyatakan sembuh menjadi 85.673 orang. Upaya untuk melakukan pencegahan virus corona melalui vaksin kini terus dilakukan penelitian oleh para ahli, dengan membutuhkan waktu yang cukup lama.
Kini, para ilmuan melakukan penelitian pada obat tradisional untuk mengatasi pasien yang positif terjangkit virus Corona/COVID 19. Salah satu yang diamati oleh peneliti adalah kandungan klorokuin fosfat pada tanaman kina yang telah lama digunakan sebagai obat pasien terinfeksi malaria. Klorokuin fosfat adalah senyawa yang terkandung dalam ekstrak ranting, cabang, dan kulit batang tanaman kina.
Ada beberapa ilmuwan beralih pada sistem pengobatan lama termasuk klorokuin (dilansir dari Gilmore Health). Lednicky, seorang profesor di Emerging Pathogens Institute, Florida mengungkapkan bahwa klorokuin dapat digunakan sebagai obat tahap awal virus Corona. Tanaman yang biasa digunakan untuk penyembuhan penyakit malaria disebut juga mampu memperlambat pertanaman dan menghentikan penyakit pandemi yaitu virus corona.
Pohon kina termasuk jenis tanaman yang populer di Indonesia dengan kategori jenis pohon yang berkayu yang dapat tinggi hingga 17 meter pada habitat ketinggian 900-3.000 dpl. Pohon tersebut memiliki kandungan senyawa aktif berupa alkaloid, alkoloid ini dibagi menjadi dua bagian molekul utama, yaitu cincin aromatik kuinolin yang selama ini digunakan untuk obat malaria dan cincin non aromatik kuinuklidin. Secara tradisional kulit pohon kayu akan dikeringkan untuk dibuat serbuk sebagai salah satu pengobatan penyakit malaria. Berikut ini klasifikasi pohon kina.
Klasifikasi |
|
Kingdom |
Plantae |
Divisi |
Magnoliophyta |
Kelas |
Magnoliopsida |
Ordo |
Gentianales |
Famili |
Rubiceae |
Genus |
Chinchona |
Spesies |
Chinchona sp. |
Nama Daerah |
Pohon Kina |
Tanaman tersebut direkomendasikan untuk dijadikan obat dalam panduan mencegah dan menangani virus, termasuk virus corona/COVID 19 yang sekarang tengah diujikan pada lebih dari 100 pasien di sekitar 10 rumah sakit China. Hasilnya, penelitian terbaru China menunjukkan bahwa kandungan klorokuin fosfat dapat mempercepat penyembuhan lebih besar pada pasien yang terjangkit virus corona/COVID 19.
Sebuah Journal Virology tahun 2005 mencatat bahwa peneliti mengungkapkan tanaman tersebut dapat menjadi efek anti-virus yang kuat terhadap virus korona/COVID-19, dan berkontribusi pada sindrom pernafasan akut yang parah (SARS). Momentum inipun menjadikan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mendorong perguruan tinggi di Jawa Barat untuk melakukan kajian terhadap tanaman kina, karena Jawa Barat merupakan salah satu penghasil tanaman kina.